Di sebuah desa kecil bernama Martewar di Kabupaten Sarmi, Papua, seorang gadis bernama Jesi Nurmala Sokoy berjuang mengubah hidupnya lewat pendidikan. Di usianya yang baru 17 tahun, Jesi sudah memikul banyak tanggung jawab. Ia adalah anak kesembilan dari sepuluh bersaudara, dan sejak umur 15 tahun telah kehilangan ayah. Sang ibu, seorang petani sekaligus ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Ewarora, menjadi sosok yang mengajarkan arti keteguhan dan kerja keras.
“Saya tidak pernah membayangkan bisa bersekolah di SMK Kehutanan Negeri Manokwari,” kata Jesi. Hidup di kampung terpencil dengan jaringan seluler yang sering hilang membuat informasi tentang sekolah kehutanan sulit didapat. Hingga suatu hari, pendamping KTH dari Dinas Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Sarmi memperkenalkan tentang sekolah tersebut melalui kebijakan afirmasi pendidikan bagi anak-anak Kelompok Tani Hutan (KTH). “Dari situ saya yakin, ini langkah awal saya untuk menggapai cita-cita menjadi Polhut,” ujarnya.
Perjalanan Panjang Menuju Manokwari
Perjalanan dari Desa Martewar ke Manokwari bukan perkara mudah. Butuh sembilan jam perjalanan menuju Kabupaten Sarmi, lalu tiga hari perjalanan penuh melalui jalur darat dan laut untuk sampai ke SMK Kehutanan Negeri Manokwari. Pendaftaran online pun tidak bisa dilakukan tanpa bantuan. “Jaringan di kampung sangat lemah, jadi saya dibantu pegawai Dinas CDK Sarmi untuk daftar sekolah,” tutur Jesi.
Berkat dukungan itu, Jesi akhirnya diterima. Sebuah awal baru yang ia syukuri, sekaligus bukti bahwa jarak dan keterbatasan bukan penghalang bagi yang punya kemauan kuat.
Belajar Mandiri dan Tumbuh Kuat
Awal masa sekolah menjadi tantangan tersendiri. Semua kegiatan terjadwal ketat dari pagi hingga malam. “Awalnya berat, tapi lama-lama saya terbiasa,” ujarnya. Rasa rindu kepada sang ibu menjadi ujian terbesar. Sebagai anak bungsu, ini pengalaman pertamanya jauh dari rumah. Namun, tekad untuk membuat ibunya bangga membuatnya bertahan. Di sekolah, Jesi menemukan hal berharga lain: kebersamaan dan rasa saling peduli. “Di sini saya belajar disiplin, sopan santun, dan jiwa korsa. Saya bersyukur bisa punya saudara walau tak sedarah,” katanya penuh haru.
Harapan yang Tumbuh Bersama Hutan
Bagi Jesi, SMK Kehutanan Negeri Manokwari bukan hanya tempat belajar, tapi juga pintu menuju masa depan yang lebih baik. Seluruh biaya pendidikan yang ditanggung oleh Kementerian Kehutanan sangat membantu keluarganya. “Keluarga saya tidak mampu secara ekonomi. Saya bersyukur karena sekolah ini memberi kesempatan besar bagi kami,” ucapnya.
Setelah lulus nanti, Jesi ingin melanjutkan kuliah dan mengabdi sebagai Polisi Kehutanan. “Saya ingin kembali ke Kementerian Kehutanan, menjaga hutan dan membuat mama bangga,” katanya. Sebelum menutup percakapan, Jesi memberikan pesan sederhana untuk teman-teman di desanya: “Ayo teman-teman, jangan pernah berhenti belajar hal baru. Kita tidak akan tahu apa yang ada di depan kalau tidak berani melangkah maju.”